Saturday, February 25, 2012

Mengapa manusia tega bunuh diri..?!



Ketika kita mendengar atau membaca berita, jiwa kita terasa miris disebabkan seringnya dikagetkan dengan berita mereka yang tega menghabisi nyawanya sendiri, alias bunuh diri. Bahkan hal itu tidak jarang terjadi disekeliling kita. Ada yang melemparkan diri dari ketinggian, meneguk racun, gantung diri bahkan dengan cara yang lebih sadis, menabrakkan diri kearah keteta api yang sedang melaju kencang. Atau ada yang lebih gila lagi, melakukan bunuh diri secara massal seperti yang sempat nge-tren beberapa waktu lalu.

Para pelaku pun beragam, hampir dari semua kalangan manusia. Ada remaja, artis, pengusaha, pegawai, aktivis, mahasiswa, lansia, bahkan anak kecil yang masih bersekolah disebuah sekolah dasar. Dan satu hal yang disayangkan, terkadang motiv melakukan perbuatan nekat itu sangat sepele. Sangat memilukan memang.

Biasanya, ketika hal itu terjadi dilingkungan kita, akan hadir banyak spekulasi tentang alasan mereka mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Yang jelas, apapun alasannya, hal ini tidak dapat dibenarkan. Ini adalah salah satu perbuatan yang mengundang murka Tuhan Sang Pemberi nyawa. Kita semua pasti akan menemui kematian tapi bukan dengan cara seperti ini.

Pastinya perbuatan nekat ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membebani si pelaku. Padahal masalah tidak lantas berakhir dengan perbuatan nekat ini. Ini sama dengan menyelesaikan masalah dangan masalah yang lebih besar. Istilahnya, selamat dari mulut ular malah masuk mulut buaya.

Daripada sibuk mencari alasan orang melakukan bunuh diri, saya lebih tertarik untuk membahas kejadian ini dari sisi yang lain. Membahas tentang sebuah pertanyaan yang kerap hadir dibenak setiap kali membaca atau mendengar tentang berita seperti ini, kenapa ada orang yang tega menghabisi nyawanya sendiri..??

Padahal, nyawa adalah anugrah Tuhan yang paling berharga, bahkan manusia akan bersedia melakukan apa saja untuk menyelamatkan nyawanya. Dia begitu urgen bagi kehidupan manusia, bahkan nyawa adalah hakikat dari manusia itu sendiri. Kehilangannya berati hilangnya kehidupan.

Ketika ada penjahat yang bertanya sambil meletakan pisau dileher kita; “pilih nyawa atau harta..?? pasti bibir kita akan spontan menjawab, Harta..!!, eh, nyawa..!!. walaupun mungkin otak kita belum sempat merespon dengan sebuah jawaban. Saking takutnya kehilangan nyawa.
Kemudian yang memilukan, Qo’ ada orang yang tega bunuh diri..??
 

Menurut pandangan psikologi, sikap bunuh diri tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ia merupakan hasil dari proses hidup yang panjang. Apa yang sering kita sebut sebagai penyebab terjadinya bunuh diri sebenarnya hanya meruakan peristiwa pemicu. Ibarat kita meniup balon anak-anak sampai menggelembung keras sekali, begitu berbenturan dengan ranting pohon sedikit saja sudah cukup untuk menyebabkan balon itu meletus.

Nah, apa yang menyebabkan balon itu meletus..? bukan hanya karena ia berbenturan dengan ranting pohon tetapi juga karena tiupan kita yang menjadikan balon menggelembung sedemikian besar dan keras. Maka, benturan dengan ranting hanyalah pemicu.

Kalau begitu tidak ada orang yang bunuh diri karena putus cinta. Juga tidak ada yang harus menghabisi hidupnya sendiri karena kehilangan jabatan atau karena tidak dibayar gajinya.Yang ada adalah sosok manusia dengan keadaan jiwa yang sudah rapuh, sudah rawan. Struktur mentalnya sudah kurang bagus, koyak. Maka ketika mengalami sebuah peristiwa yang mengguncangkan hebat hal itu kemudian berubah menjadi pemicu munculnya sikap nekat menghabisi diri sendiri.

Persoalannya, apa yang menyebabkan seseorang memiliki jiwa yang rapuh..?Apakah karena mereka banyak menghadapi pengalaman-pengalaman pahit..? Apakah karena mereka sering dihadapkan pada kegagalan demi kegagalan..? Ataukah mereka terlahir dengan mental yang labil..?

Saya rasa tidak demikian persoalannya. Banyak orang yang sering mengalami kegagalan, ditimpa berbagai pengalaman pahit, serta mengalami kegetiran dalam hidup. Akan tetapi justru dengan segala kegetiran itu mereka mampu menjadi pribadi-pribadi yang besar dan dewasa, bahkan membawa kebaikan bagi kehidupan manusia sepanjang sejarah.

Tidak jarang ada orang yang merasa bersyukur dengan pengalaman masa lalunya yang sulit karena dianggap sebagai proses penempaan diri yang jitu menuju kematangan dan kedewasaan. Sebaliknya, orang-orang yang melewati episode kehidupan yang manis-manis saja kadang lebih sering terjungkal begitu menemui sebuah masalah yang tidak begitu serius.

Pepatah arab mengatakan; “Man kanat bidyatuhu muhriqah, kanat hihayatuhu musyriqah“.
Artinya, Barang siapa yang memilki episode yang getir diawal hidupnya, maka dia akan memiliki kematangan dalam diakhir hidupnya..”

Maka jangan heran jika menurut sebuah hasil penelitian yang diadakan oleh SPK (Sentra Pengobatan Keracunan) IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya yang dipimpin oleh Prof.Dr.dr. Hernomo OntosenoKoesoemobroto, bahwa sebagian besar pelaku bunuh diri adalah perempuan yang memiliki sifat manja ( ngaleman dalam bahasa jawa ). Artinya, pada masa hidupnya mereka sangat manja kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya.

Pada Harian Jawa Pos 23 Januari 1998, Hermono berpesan: “maka untuk ibu-ibu yang memilki anak perempuan yang manja memang harus memperlakukannya degan ekstra hati-hati.”

Kalau begitu, perbedaan antara mereka yang tangguh dan yang rapuh terletak pada penghayatan mereka terhadap peristiwa yang dialami. Pribadi yang memilki karakter yang kuat akan menjadikan segala ujian sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih dewasa, matang dan sempurna dalam menjalani kehidupan. Sedangakan pribadi yang memiliki jiwa yang kerdil hanya akan semakin kerdil dihadapan sebuah ujian.

Nasalullaha As-Salamah wal ‘Afiyah.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com



Sabtu, 24 Februari 2012.

3 comments: