Tuesday, February 7, 2012

Waktu



“ Ana pikir-pikir, ternyata membagi waktu dengan cermat adalah salah atu kunci keberhasilan.
Insya Allah nilai dikelas boleh mumtaz, main bolapun aktif, acara Daurah tak terganggu dan yang penting selalu pergi Al-Haram. Yang penting pandai bagi waktu..!!”


Rangkaian kalimat sederhana namun begitu bermakna tersebut adalah salah satu celotehan yang melucur dari mulut Bang Fiqri ketika kita orang sedang asyik bercengkrama dikamarnya.
Belepak selepas Daurah sambil menikmati musim sejuk ditemani kopi yang juga hasil racikan beliau.. hehehe.
Juzita Khairan Bang Fiqri.
Semoga Barakah, panjang umur murah rizki, amien...!!


Mungkin terkesan sepele, tapi waktu adalah nikmat agung sekaigus ajaib yang dianugrahkan kepada manusia.
Agung karena dia adalah hakikat dari manusia itu sendiri. Bahkan ia menjadi modal utama tempat kita merangkai asa dan amalan demi menggapai predikat hamba terbaik yang berhak menjadi penghuni surga.
Dan ajaib karena didalam waktu yang sama terjadi berbagai macam kejadian yang berbeda. Begitu banyak kisah lagi beragam. Satu lagi, jika telah berlalu ia tidak akan pernah kembali. Memang waktu pagi akan kembali menyapa esok hari, tapi dia bukanlah pagi yang sama dengan hari ini. Dia adalah paginya hari esok.


Hasan Al-Bashry -yang dikatakan oleh Imam Ali bin Zainal Abidin " Beliau (Hasan Al-Bashry) adalah seorang ulama yang perkataannya menyerupai sabda para Nabi- pernah berpesan;
“ Setiap pagi, kala hari baru dilahirkan, maka dia akan berseru kepada seluruh penghuni langit dan bumi, "Aku adalah hari yang baru, tempat engkau berlomba mengambil manfaat dariku guna bekal di akhir nanti. Manfaatkanlah kehadiranku karena sesungguhnya bila aku telah belalu, maka aku tidak akan pernah kembali".
Dalam kesempatan yang lain beliau mengingatkan; "Wahai anak adam, sesungguhnya dirimu pada hakikatnya tersusun dari kepingan waktu, maka apabila dia berlalu, maka hilanglah sebagian kepingan dirimu hinga pada titik tiada".


Bahkan dikalangan manusia sendiri muncul berbagai istilah untuk menggambarkan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga.
Orang barat mengatakan; “Time is money..”
Istilah orang Arab; “ Al-waqtu kas saif..”
Bangsa melayu menyebut; “Waktu adalah emas”
Dan masih banyak lagi.
Itu adalah kedudukan waktu dalam kehidupan manusia.

Sementara disisi Allah waktu adalah sesuatu yang agung. Satu hal yang menunjukkan tentang hal itu, bahwa  Allah Azza wa Jalla berkenan memilih waktu  menjadi salah satu surat dalam Al-qur'n dari sekian banyak nama makhlukNya sekaligus bersumpah atas nama waktu. Dan Allah Yang Maha Agung hanya akan bersumpah dengan sesuatu yang juga agung.


Allah memang Maha Pemurah. Dalam hal waktu, semua manusia diberikan porsi yang sama persis. Tidak ada yang lebih dan tidak adapula yang dikurangi. Masing-masing kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari semalam. Para Ulama besar –Rahimahullah-, semisal Imam Syafi’i, Ahmad bin hambal dan Imam Malik serta ulama lain yang mampu menulis berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jilid buku juga memiliki waktu yang sama dengan kita.
Lantas, dimana letak perbedaan antara waktu kita dengan mereka..??



Perbedaan itu terletak pada penghargaan mereka terhadap waktu sebagai sebuah anugrah nikmat sekaligus modal yang harus dimanfaatkan sebaik dan sebijak mungkin. Modal yang harus menghasilkan kebaikan dan keberkahan yang akan merubah kwalitas kehidupan semakin baik dari hari kehari.


Sebagaimana digambarkan dalam sebuah Hadist yang sering terdengar;
“Barang siapa yang keadaan dirinya pada hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia tergolong orang yang celaka."



Begitu juga dalam sebuah lain hadist Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam mengingatkan;
“Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Manusia paling rugi ialah yang panjang umurnya namun buruk amal perbuatannya” ( HR.Imam Ahmad ).
Mafhum Mukhalafahnya, manusia terjelek dihadapan Allah adalah yang panjang umurnya dan jelek amal perbuatannya.


Imam An_Nawawy dalam Mukaddimah Al-Majmu, ketika memaparkankan profil Imam Syafi’i, menyebutkan bahwa beliau selalu membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Seprtiga pertama digunakan untuk beristrahat, seperti kedua untuk qiyamul lail dan sepertiga lagi digunakan untuk menghafal, membaca dan menulis.


Ini adalah sebagian rahasia perbedaan antara kita dan generasi salaf. Bahkan jika kita mau menelaah lebih jauh dengan jujur potret kehidupan para ulama terdahulu, bagaimana mereka menghargai waktu, niscaya kita akan akan terkesima dan takjub sekaligus tetunduk malu untuk sekedar menyandingkan keadaan mereka dengan diri kita. Penghargaan tertinggi yang menghentakkan pikiran dan jiwa bahwa bukan waktu yang membaikkan keadaan, tetapi apa yang dilakukan didalam waktulah yang menentukan kwalitas kehidupan kita.


Terakhir,
yakini dalam hati bahwa semua nikmat akan dimintai pertanggung jawaban, termasuk waktu yang telah dianugrahkan pada kita.
Peringatan Rasul Sallahu alaihi wa sallam bahwa, kaki seorang hamba tidak akan berpindah pada hari kaimat sebelum dimintai pertangung jawabannya tentang empat hal sangat jelas. Jika ditelaah kembali semuanya berorientasi pada waktu.



Umurmu, dimana engkau luahkankan..?
Masa mudamu, kemana engkau habiskan..?
Imu, apa yang engkau perbuat dengannya..?
harta, dari mana kau hasilkan dan kemana engkau infakkan..?


Semoga setiap kita sudah menyiapkan jawaban untuk setiap pertanyaan diatas.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com


Selasa, 07, Februari 2012.

No comments:

Post a Comment