Wednesday, August 8, 2012

Ketika dia salah



Nasehat adalah hadiah terindah maka jangan dirusak dengan cara yang tidak anggun ketika menyampaikannya. Selanjutnya, jangan hanya bisa sewot ketika ada orang yang tidak sudi menerima nasehat baik kita, tapi coba perhatikan kembali cara kita menyampaikan nasehat tersebut.

----------------------------------------------------------------------------------------



Beberapa waktu lalu , pada penghujung majelis hariannya yang membahas kitab “Tajrid Ash-Sarih lil Ahadist Jami’ Ash-Saheh”, Syekh  Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad –Hafidzahumallahu-  menukilkan sebuah kisah yang dibacakan oleh seorang murid beliau.
Kisah menakjubkan tentang keteladanan dalam berinteraksi dengan kesalahan orang lain tersebut dinukil dari kitab Ahkamul Quran (1/182), karya Imam Abu Bakar Ibnul Araby Al Maliky –Rahimahullah-.

Abu Bakar Ibnul Araby berkata: “Muhammad bin Qasim pernah beberapa kali menceritakan kepadaku sebuah kisah yang dialaminya. Beliau menuturkan:

“ Pada suatu hari dalam perjalananku, aku tiba disebuah daerah bernama Fusthat ( Salah satu tempat yang terletak didaerah Syam).  Sesampainya disana aku langsung menuju  masjid untuk menghadiri sebuah majelis ilmu yang disampaikan oleh Syekh Abul Fadhl Al Jauhary. Setelah memasuki masjid yang telah penuh sesak, akupun duduk bersama murid-murid yang lain dan mendengarkan apa yang disampaikannya dengan seksama.

Dalam penyampainnya beliau menjelaskan banyak hal tentang hukum syariat, dan salah satu ucapan yang sempat terlintas dilisan beliau adalah: “Sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga, Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam pernah menceraikan, men-Dzihar dan meng-Ilaa beberapa istrinya.

Ketika majelisnya telah selesai, beliau langsung beranjak menuju kediamannya. Beberapa murid tampak mengikuti langkahnya, begitu pula aku, hingga kami tiba disana dan kembali duduk bersama beliau dihalaman rumahnya.

Didalam percakapan ini beliau memperkenalkanku kepada mereka yang hadir. Namun rupanya sedari tadi beliau memperhatikan “gelagat aneh” dariku. Gelagatku menarik perhatiannya karena beliau tidak pernah melihat hal itu dari murid-muridnya yang lain. Tanpa banyak tanya, beliau segera berkata kepadaku:
“ Sejak tadi aku melihat tingkahmu aneh, adakah sesutu yang ingin engkau utarakan..?
“ ya..!! jawabku.

Seketika itu, beliau meminta kepada murid-muridnya untuk meninggalkan kami berdua.
Akupun berkata:
“ Hari ini aku datang menghadiri majelis pengajianmu untuk mengambil barakah dari keluasan ilmumu. Dan aku mendengar engkau mengatakan bahwa dalam kehidupan berkeluarga, Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam pernah meng-ilaa istrinya, dan itu adalah sesuatu yang benar.
Kemudian engkaupun mengatakan bahwa Rasululla Sallahu Alaihi wa Sallam juga pernah menceraikan istri beliau. Dan itu juga adalah sesuatu yang benar. Untuk dua hal ini aku sependapat denganmu..”
Namun engkau juga mengatakan bahwa Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam pernah men-Dzihar istrinya. Dan hali ini adalah sesuatu yang mustahil, tidak sepatutnya terjadi, sebab Dzihar adalah sebuah ucapan mungkar yang tidak mungkin dilakukan oleh Nabi Sallahu Alaihi wa Sallam..!!

Mendengar penuturanku, beliau tampak tertegun sejenak kemudian  serta-merta memelukku erat dan mengecup kepalaku seraya mengatakan:

 “Sesungguhnya aku mengaku bersalah dan aku taubat dari perkataanku tadi. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu kepadaku karena telah menjadi seorang guru yang mengajarkan kebaikan kepadaku..!!
Setelah itu aku berpamitan dan meninggalkannya.

Keesokan harinya, aku berusah untuk datang lebih awal untuk mengikuti majelisnya. Namun, apalah daya, ternyata beliau telah mendahuluiku dan dia tampak telah duduk diatas mimbar. Ketika aku melangkah memasuki melalui pintu mesjid, ia melihatku dan dengan suaranya lantang lagi keras dia berkata:

“ Aku ucapkan selamat datang kepada guruku, luaskan jalan bagi guruku..!!
Maka seketika itu semua kepala menoleh ke arahku dan semua mata seolah berlomba mencari dan mentapku dengan penuh rasa penasaran.
Siapakah dia..?? Apa kehebatannya sehingga sang guru memanggilnya dengan sebutan guru.?? Sejenak berlocatan berbagai pertanyaan dikepala mereka yang hadir tentang diriku.

Dan engkau, wahai Abu Bakar ( Kunyah Ibnul Araby ) tau betul bagaimana besarnya rasa malu yang ada pada diriku. Yah.. Muhammada bin Qasim adalah orang yang sangat terkenal pemalu. Bahkan diceritakan bahwa  jika ada seseorang yang menyalami  atau mengejutkannya maka warna wajahnya akan berubah menjadi merah padam karena rasa malu.


Muhammad bin Qasim kemudian melanjutkan kisahnya:
“Bisa engkau bayangkan, karena suara lantang tadi semua orang yang tengah memenuhi masjid berlomba-lomba mendekat kepadaku, membimbing tanganku dan menuntunku hingga mendekati mimbar. Dan karena besarnya rasa maluku, hingga seakan-akan akal sehatku melayang dan seolah bertanya: “Sedang berada dibelahan bumi manakah diriku sekarang..?
Tanpa bisa kukontrol, keringat dingin mulai membasahi tubuhku karena rasa malu yang begitu memebuatku tak nyaman.


Beberapa saat kemudian Syekh Abul Fadhl Al-Jauhary melangkah turun dari mimbar hingga berdiri dihadapanku kemudian berkata didepan semua orang yang memenuhi masjid:
“ Aku adalah guru kalian dan beliau adalah guruku..!!
“ Kemarin, diantara sekian banyak yang hadir dalam majelisku tidak ada seorangpun yang bisa memahami dengan betul penjelasanku yang salah kemudian membetulkannya. Namun, ternyata diantara kalian semua dialah yang bisa melakukan itu. Kemudian beliau mengisahkan tentang kejadian kemarin dan diskusi yang terjadi antara aku dan dirinya.


Beliaupun kemudian berkata:
“ Dan dengan ini, aku mengumumkan bahwa aku telah tobat dari perkataanku dalam majelis yang lalu dan aku akan mengikuti yang petunjuk yang benar. Maka barang siapa yang mendengarkannya dari kalian yang hadir pada saat ini, hendaknya dia menerimanaya tanpa menafsirkan perkataanku. Dan hendaklah mereka yang hadir pada saat ini juga sudi untuk menyampaikan hal ini kepada mereka yang tidak hadir.
Kita meohon kepada Allah yang maha pengasih, semoga Dia berkenan membalas kebaikan Muhammad bin Qasim dengan balasan yang lebih baik..!!
Aduhai.. Dihari ini, masih adakah tersisa cerita indah menakjubkan tentang cara berinteraksi antara seorang guru dengan muridnya ketika mereka berbeda pendapat atau dengan orang lain..??



Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com




Rabu, 08 agustus 2012

Wednesday, April 25, 2012

Mimpi





Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya.
bebaskan mimpimu diangkasa, warnai bintang dijiwa.
jangan berhenti mewarnai jutaan mimpi dibumi.

Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga.
bersyukurlah pada Yang Kuasa, cinta kita didunia.
selamanya…


Manusia hidup dengan menyulam mimpi. Sebuah impian betapapun kecilnya, adalah oase yang mampu melahirkan kekuatan untuk tidak menyerah pada resiko dari sebuah pilihan dalam hidup. Yah,  kita dapati didalam kehidupuan ini berbagai pilihan, dan semua pilihan selalu bergandengan mesra dengan konsekwensinya. Maka impian adalah salah satu taktik bertahan ditengah kesempitan yang menghimpit, sekaligus seni mendobrak kebuntuan, bahkan ketika berhadapan dengan kebuntuan seperti batu cadas gunung yang paling keras sekalipun.
Mimpi dan harapan adalah sebuah sumber kekuatan yang luar biasa. Namun kita juga harus waspada dengan tipu dayanya. Sebab ada impian yang sebenar-benar impian, tapi ada pula impian yang sekeda biasan maya. Impian hakiki adalah tatkala ia kita gantungkan pada Dzat Yang Maha Kuat yang Maha memiliki segala  kekusaan untuk mewujudkan sebuah mimipi dan mengabulkan setiap harapan.

Sementara impian yang disandarkan kepada selainNya, adalah impian semu tak berujung. Impaian yang hadir sekedar menemani tidur malam kita. Maka  kepada siapa kita menggantungkan harapan…??
Jawaban dari pertanyaan ini adalah cermin dari hati kita. Pengungkap biasan jiwa kita.

Seorang mukmin sejati akan menggantungkan simpul impiannya hanya kepada Tuhan Seru Sekalian Alam yang maha sempurna, Dzat yang tidak akan pernah mengecewakan mereka yang mau berharap hanya kepadaNya. Sementara manusia yang berjiwa kerdil akan mencari sarang laba-laba sebagai tempat menggantungkan segala impiannya. Sarang paling rapuh sebagaimana yang disebutkan Alquran.

Sekali lagi, Impian dan harapan adalah sebuah kekuatan. Disana ada cerita tentang seorang pendosa yang rela menempuh jarak yang teramat jauh karena mengimpikan akan adanya seberkas sinar ampunan dan secerah cahaya rahmat allah disana, dinegeri seberang. Berlari sekencang-kencangnya meninggalkan  segalanya kekelaman, menyelamatkan jiwa lemah yang masih tertatih untuk kembali bisa berdidi setelah sebelumnya telah dikoyak dan digerogoti ulat-ulat kemaksiatan.

Sedangkan dalam lembaran-lembarannya yang lain, sejarah mencatat dizaman Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam, beberapa orang anak yang belum lagi baligh "nekat dan memaksa" untuk ikut berjihad dijalan allah demi menggapai sebuah impian agung lagi indah, mencium aroma harum syurga.

Bila dicermati kembali, jauh-jauh hari kita telah diajarkan bagaimana meminta. Jika ingin meminta surga mintalah Firdaus, surga yang berada ditingkatan tertinggi. Rahasianya, agar seseorang menyiapkan mentalnya, mengobarkan semangat berlipat untuk meraih impiam teridah. Ingat, keseriusan dan kesungguhan seseorang untuk meraih sebuah impian sangat ditentukan oleh besar-kecilnya sebuah impian itu sendiri.

Impian adalah semangat. Pengaruhnya begitu dahsyat. Ia bisa menguatkan kakek tua yang renta, ia bisa membuat kaya si miskin, ia pun bisa membuat cerdas si bodoh. Ia bisa membuat cool dan gaul si pemalu dan si kuper. Harapan yang terpatri dalam jiwa, semoga harapan yang tertuju padaNya jua yang akan membuat kita terus menegakkan kepala diantara badai ujian yang terus menyapa.

Allah memang maha pengasih. Untuk memiliki impian, manusia tidak perlu berpikir soal modal. Kita hanya butuh waktu. Yah, modal itu adalah waktu. Itulah tempat diletakkan sebuah ujung sebuah harapan dan impian. Selama masih ada waktu, kita masih boleh merangkai mimpi. Selama mentari pagi masih menyapa, selama itu pula simbol cita-cita dan mimpi harus selalu terpancang, tak boleh pupus. Selama masih ada waktu yang tersisa selama itu pula mentari harapan kan selalu terbit menyapa kita dengan senyumnya.

Kala membuka mata disubuh hari yang mendamaikan, setelah menitipkan jiwa dan hati sejenak kepada pemiliknya, bersyukurlah..!!
Karena kita masih memiliki kesempatan untuk merangkai impian. Allah Yang Maha Kaya lagi Pemurah telah menyediakan waktu bagi kita dengan cuma-cuma.

Mahatma Ghandi pernah berkata:
“ Jika anda kehilangan emas, berarti anda kehilangan sesuatu yang begitu berharga. Jika anda kehilangan kehormatan diri, berati anda telah kehilangan sesuatu yang tidak dapat ditakar dengan harga. Namun, jika anda kehilangan impian dan harapan dalam hidup, berarti anda telah kehilangan segalanya..!!

So, jauh disana, didalam lorong hati kita, masih adakah seberkas cahaya tekad untuk memanfaatkan waktu yang ada demi menggapai impian dan cita-cita kita..? Impian sejati seorang mukmin, menggapai kebahagiaan didunia dan bersanding dengan para bidadari disurga kelak..??
Jika ya, maka sucikan dan pujilah nama Tuhanmu, karena sesungguhnya hidup dan kehidupan ini masih bersama kita.
Mumpung masih ada waktu..



Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com




Rabu 25 april 2012

Monday, April 2, 2012

" Laa Adri..!!


Suatu malam dalam majelisnya, setelah menyampaikan pengajian umum – Karena saat itu adalah hari-hari menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji,  maka pengajian Sunan Tirmidzi dihentikan  beberapa waktu- Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr –Hafidzahullah- ditanya oleh seorang jamaah pengajian melalui secarik kertas yang dibacakan oleh muridnya. Soal itu berbunyi:


Saya memiliki sebuah usaha berupa menyediakan tempat permainan billyard. Dan tempat permainan ini banyak dikunjungi, khususnya para anak muda. Pertanyaan saya, apakah hukum dari hasil usaha tersebut..?!


Setelah terdiam sejenak, beliau menjawab: “ Laa Adri..!!
Beberapa saat kemudian beliau bertanya kepada muridnya tentang bentuk dari permainan yang bernama billyard tersebut. Sang muridpun mencoba menjelaskan bahwa permaianan tersebut berupa tongkat kayu yang digunakan untuk mendorong beberapa bola kecil yang diletakkan diatas sebuah meja dan memiliki enam buah lubang disetiap sisinya dan seterusnya.
Walaupun sang murid telah menjelaskan namun sepertinya belum bisa memberikan gambaran yang jelas bagi Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad sebelum beliau memberikan sebuah Fatwa. Sebuah Fatwa yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu wa Ta Ala.
Alhasil, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah, “ Laa Adri “.


Bagi murid-murid beliau yang sering duduk dalam majelisnya, jawaban seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh, bahkan tidak jarang terdengar. Sebuah jawaban dari salah seorang ulama paling senior dikota Madinah yang sudah mulai mengajar didalam masjid Nabawi sejak bertahun-tahun. Senioritas, kebesaran nama, keluasan ilmu tidak menghalangi beliau untuk mengatakan " Laa Adri ".


Jika kita ingin menelaah, sebetulnya bukan hanya jawaban itu yang perlu diperhatikan, namun ada sebuah tujuan mulia yang ingin dijarkan kepada murid-muridnya, para penuntut ilmu yang dikemudian hari juga akan ditanya.
Meneladankan sikap berhati-hati untuk tidak serta-merta memberikan sebuah jawaban tanpa memahami dengan sempurna maksud dari sebuah pertanyaan. Apapun Alasannya. Ingat, agama ini milik Alah dan RasulNya, dan bukan milik manusia. Bukankah dalam sebuah Kaidah dikatakan: “Alhukmu ‘ala syaiin, Far’un ‘an tasawwurihy “. Artinya, Sebuah hukum sangat bergantung kepada esensi dari masalah itu sendiri.


Kala membaca sirah para ulama terdahulu, kita akan menyimpulkan bahwa mereka begitu memperhatikan hal ini dengan senantiasa mengingatkannya kepada murid mereka dalam majelis-majelis ilmu.

Diantara pesan itu: “ Ajarkan kepada murid-murid kalian kalimat “ Laa Adri “, karena sesungguhnya kalimat itu adalah sepertiga dari ilmu “.
Dalam sebuah majelisnya Syekh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqity - Hafidzahullah- berpesan:
“ Tidaklah seseorang ditanya tentang sebuah masalah yang tidak diketahuinya lalu dia mengatakan “ Laa Adri” kecuai jawaban itu akan menuntunnya untuk selalu mencari dan belajar. Dan tidaklah seseorang yang selalu menjawab setiap pertanyaan walaupun tanpa ilmu, kecuali sikap itu akan menggiringnya menuju kebinasaan “.

Jika menyimak kisah perjalanan hidup Imam Malik bin Anas -Rahimahullah-, Imam Daarul Hijrah, salah seorang ulama madzhab yang dikatakan bahwa beliau tidak keluar meninggalkan kota madinah, kecuali untuk haji dan umrah, maka kita akan menemukan bahwa kepribadian beliau adalah salah satu teladan terbaik, indah nan anggun dalam masalah ini. Mari kita simak sebuah kisah berikut.

Pada suatu hari berjalanlah seorang lelaki dari Yaman menuju Madinah Al Munawarah. Dia rela menempuh perjalanan yang begitu jauh lagi melelahkan tersebut dengan tujuan menanyakan sekitar empat puluh pertanyaan kepada Imam Malik bin Anas. Mengingat dizaman itu, beliau adalah salah satu ulama paling tersohor keilmuannya. Begitu berhadapan dengan Imam Malik dia mulai memaparkan pertanyaannya satu-persatu. Namun, terjadi satu hal tidak terduga sebelumnya dalam benaknya. Ternyata hanya beberapa pertanyaan saja yang mendapatkan jawaban, sementara sebagian besarnya hanya mendapatkan ungkapan “ Laa Adri “..!!

Sontak saja, lelaki tersebut melakukan protes. “ Mana Imam Malik yang dikatakan berilmu luas, masa’ hampir semua pertanyaan saya tidak mendapatkan jawaban darinya..??!
Mendengar ungkapan itu sang Imam mencoba memahamkan bahwa, memang dia tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Apakah dia harus membuat-buat jawaban sendiri demi kepuasan lelaki tersebut semantara jawaban dari pertanyaan itu berhubungan dengan agama Alah..?!”

Beliau juga berpesan kepada lelaki tersebut:
“ Jika mau, engkau boleh mendatangi pasar dan mengumumkan pada khlayak ramai bahwa Malik hanya mampu menjawab: “ Laa Adri..!!

Bukan merupakan sebuah aib ketika seorang alim tidak mengetahui tentang suatu hukum. Disebut " Alim " bukanlah berarti harus mengetahui segala hal. Justru yang akan menjadi sebuah khilaf dan aib ketika kita berani mengeluarkan sebuah pendapat tanpa berdasarkan pada sebuah ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan. Apalagi jika hal tersebut berhungan dengan agama Allah dan RasulNya. Maka ketika kita menjawab dengan ungkapan “Laa Adri ”, maka sesungguhnya dengan kalimat itu kita telah menyelamatkan diri kita dari kebinasaan dan siksa neraka.


Gengsi, sombong dan hati yang tidak ikhlas adalah faktor terbesar yang akan menjadi penghalang bagi setiap orang yang yang disebut “ Alim “ untuk mengatakan “ Laa Adri”.
Semakin tersohor nama seorang alim dikalangan masyarakat, akan semakin sulit baginya untuk mengucapkan " Laa Adri " jika ditanya. Hanya mereka yang memiliki hati yang takut kepada hak Tuhannya dan ikhlas serta berjiwa besar  yang mampu mengucapkan kalimat itu didepan masyarakat yang sudah terlanjur mengaguminya.

Saya sengaja menukil kisah Ulama sekarang agar orang menyadari bahwa kisah teladan yang begitu harum semerbak mewangi mengiringi sejarah perjalanan ulama bukan hanya milik ulama terdahulu dan bukan hanya sebuah dongeng. Profil kepribadian luhur itu tenyata adalah sesuatu yang nyata dan masih hadir ditengah-tengah kita untuk ditularkan yang tercermin dalam sikap dan akhlak ulama yang masih bercengkarama dengan kita saat ini. Maha Suci Allah untuk itu.
Salah seorang murid Imam Malik bertutur:
“ Sesungguhnya kami belajar dari akhlak imam Malik lebih banyak dari ilmunya “.

Kita lebih memerlukan kepada keindahan akhlak yang terpancar dari sebuah sumber airmata ilmu walaupun sedikit, daripada ilmu yang banyak namun tidak lebih dari penghias sebuah logika.
So, kadang kita harus menegakkan kepala, menyampingkan sebuah  gengsi untuk bisa mengucapkan 'Laa Adri, alias saya ga tau.."


Semoga Allah berkenan menjaga mereka dalam kebaikan dan membalas segala rajutan keikhlasan mereka segala keindahan janjiNya. Amien.

Wallahu A’lam.


Saifullah Zain.
seif_zain@yahoo.com



Senin, 02 April 2012

" Bintang Jatuh "



Langit yang cerah dimalam hari dengan dipenuhi bintang selalu melahirkan suasana yang begitu indah. Begitu menakajubkan. Bagi sebagian orang , katanya terasa lebih romantis.Menyimpan begitu banyak misteri. Apalagi jika kita berada didaerah pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk cahaya lampu. Pasti indanya lebih menyihir.


Pada saat seperti ini, tidak jarang kita akan melihat “bintang jatuh” dan biasanya akan terlihat sangat jelas. Dalam masyarakat kita terdapat sebuah asumsi bahwa pada saat bintang jatuh, doa seseorang akan dikabulkan. Maka jangan heran akan banyak orang yang akan berdoa ketika melihat bintang jatuh atau menyuruh orang yang melihatnya untuk berdoa. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah asumsi itu benar adanya..??

Semua ciptaan Allah selalu menakjubkan dan bintang adalah salah satunya. Sebuah ciptaan yang begitu besar namun juga begitu indah. Maka tidak mengherankan jika sejak zaman dahulu kala, manusia begitu mengagumi dan memuja bintang. Bangsa Romawai adalah salah satunya, banyak diantara bintang yang kemudian dijadikan tuhan selain Allah. Bahkan konon, sebagian nama planet yang kita kenal sekarang adalah sebagian dari nama-nama tuhan tersebut. 


Seperti halnya bumi, bintang-bintang yang terlihat indah merupakan planet-planet yang membentuk sebuah sisitem galaksi teramat detail dan rumit yang hanya ketahui sepenuhnya oleh penciptanya, penjaga kesimbangannya dan pemeliharanya, Allah Subhanahu wa Ta ala. Semua itu agar manusia mau berpikir kemudian menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa dibandingkan ciptaan Allah yang lain. Dan juga mengakui bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini tidaklah hadir dengan kebetulan, tetapi semuanya  telah diciptakan dan diatur dengan sedemikian indah oleh Dzat yang Maha Kuasa yang berhak untuk disembah.


Dalam Alquran Allah menjelaskan tentang beberapa manfaat dari keberadaan bintang.
Adapun fungsinya pertama adalah sebagai tanda atau petunjuk arah bagi manusia ketika meraka dilautan ataupun didaratan. Mungkin kita berpikir bahwa itu adalah cara kuno. Cara nenek moyang kita yang belum mengenal tekhnologi. Gaya zaman batu.  Tapi sebetulnya sampai hari inipun banyak nelayan yang lebih mempercayai letak bintang sebagai penunjuk arah dari pada kompas.
Jika kita tanyakan pada para nelayan, pasti mereka lebih memahami fungsi dari bintang yang satu ini.
Sehubungan dengan ini Allah berfirman:

Dan Dialah yang menjadikan bagi kalian bintang-bintang  agar kalian menjadikannya sebagai petunjuk dalam kegelapan darat dan laut. Sesunguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui ” ( Qs Al an’am: 97 ).

 
Kedua, bintang diciptakan sebagai penghias langit malam yang menjadikannya semakin indah. Karena langit tanpa bintang sering menambah kekelaman sebuah kegelapan malam.
Fungsi ketiga adalah sebagai anak panah yang akan mengejar dan membunuh setan-setan suruhan para dukun yang berusaha mencuri berita dari langit.
Untuk kedua hal ini Allah menjelaskannya dalam sebuah ayat.

“ Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dengan bintang-bintang dan kami menjadikan bintang-bintang itu sebagai alat pelempar syaitan dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala “ (Qs. Almulk: 5 ).


Sehubungan dengan fungsi bintang yang telah disebutkan, Imam Bukhari dalam kitab shahehnya menukil perkataan seorang ulama tafsir terkemuka yaitu Imam Qatadah –Rahimahumallah-.

 Sesungguhnya  Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga tujuan. Sebagai perhisan bagi langit, sebagai alat pelempar setan pencuri berita langit dan sebagi petunjuk arah dalam kegelapan.
Imam Qatadah melanjutkan: “ Dan barang siapa yang menambahkan fungsi bintang selain dari ketiga fungsi diatas, maka dia salah dan telah berani memberi  sebuah kesimpulan dari sesuatu yang tidak diketahuinya “.


Tapi, ko’ bintang dibuat ngelempar setan..?? Yupz, itu adalah salah satu fungsi dari bintang.
Perhatikan silsilah mata rantai makar berikut:
Jika seorang Dukun ingin mengatahui sebuah berita gaib yang ditanyakan kepadanya maka, si Dukun akan memerintahkan jin peliharaannya untuk mencari berita tersebut. ( Karena memang dukun adalah manusia biasa yang tidak mengetahui hal gaib, kalau ga’ percaya coba tanya ama dia kapan dia bakalan celaka..??).


Caranya, jin tersebut akan bahu-membahu bersama teman-temannya yang lain hingga mencapai langit kemudian mendengarkan obolan para malaikat. Untuk dipahami bahwa, jika Allah akan memutuskan sebuah perkara yang akan terjadi, Dia akan menghabarkannya kepada malaikat kemudian kabar tersebut akan menjadi bahan pembicaraan diantara mereka. Nah, dari obrolan itulah para jin yang ditugaskan oleh dukun tadi mencuri dengar berita tersebut kemudian disampaikan kepada jin yang berada dibawahnya hingga sampai pada si dukun.


Maka wajar bila Rasulullah Sallahu alaihi wa Sallam mengatakan bahwa berita yang sampai kepada si dukun sembilanpuluh sembilan salah dan hanya satu yang benar. Karena bisa jadi berita tersebut sudah ditambah, dikurangi atau malah ditukar sekalian, walaupun kemungkinan ada benarnya.


Nah, dalam proses pencurian itulah terjadi proses pengaman langit dari para jin suruhan dukun berupa lemparan api yang mengejar dan membakar mereka yang kemudian kita kenal dengan “ Bintang Jatuh”.


Dalam surat Jin, Allah menceritakan keadaan pengaman langit sebelum dan sesudah Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam diutus.

“( Para jin berkata): “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang rapat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya, dahulu kami dapat menduduki beberapa tempat dilangit untuk mendengarkan ( berita-beritanya ), namun sekarang siapa yang ( mencoba ) mendengarkan beritanya tentu akan menjumpai panah api yang selalu mengintai ( untuk membunuhnya) “. ( Qs. Jin: 9-10 ).


Menyangkut dua ayat diatas, para ulama mengatakan bahwa kejadian “ Bintang jatuh “ disaat Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam diutus lebih sering terjadi ketimbang zaman sebelumnya. Hal itu disebabkan karena Allah Subhanahu wa Ta ala sangat menjaga setiap wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah sehingga tidak terdengar oleh para jin sebelum tiba kepada baginda Rasul sendiri. Efek dari penjagaan langit yang super ketat ini adalah semakin seringnya terjadi proses bintang jatuh. Hal ini sebagaimana diakui oleh para jin dalam dua ayat surat Jin diatas.


So, Jika kita masih mengangap bahwa saat “ Bintang Jatuh” adalah waktu Mustajabah sebuah doa, berarti  kita salah. Dan asumsi itu sendiri tidaklah benar adanya. Syariat telah memaparkan waktu mustajab sebuah doa dengan sangat gamblang.
Waktu diantara azan dan iqamat, pada saat sujud, ketika sedang bermusafir, sesaat menjelang berbuka puasa, saat penghujung setiap shalat. Ini semua adalah beberapa waktu mustajabah tersebut. Daripada harus menunggu bintang jatuh untuk berdoa, lebih baik kita manfaatkan waktu-waktu tersebut untuk meminta.


Semoga kita senantiasa dituntun kepada jalan orang-orang yang diridhoi dan bukan kepada  jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Amin.
Wallahu A’lam.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com



Senin, 02 april 2012.

Wednesday, March 21, 2012

Mencari jejak yang hilang






Jika kita adalah orang yang suka berinteraksi degan dunia maya, khususnya jaringan sosial sepeti facebook dan twitter tentu kita sering membaca status orang lain.
Berbagai macam status yang menggambarkan luahan hati, aktivitas dan apa yang dipikirkan setiap orang. Persis seperti yang tertulis diwall facebook kita: “Apa yang anda pikirkan..!!
Entah berapa banyak status yang kita baca dalam sehari dengan berbagai warna warninya. Namun dari sekian banyak status yang terbaca, ada sebuah status yang terkadang membuat saya sering tertegun jika membacanya: “Apakah sih arti hidup ini..? Untuk siapa sih kita hidup..?


Mungkin terkesan biasa dan sederhana, namun pernahkah terbesit dalam benak kita tentang jawaban dari pertanyaan diatas..?? sedikit mengerutkan dahi, memutar otak, menelaah dan mengkaji untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut..? karena ternyata banyak orang yang justru bingung tetang tujuan keberadaannya dimuka bumi ini. Tidak memahami tentang tujuan eksistensinya didunia. Buktinya, status seperti ini sering nongol diwall facebook kita.


Sebenarnya pertanyaan diatas bukanlah sebuah hal yang baru hadir dimasa sekarang, tetapi dia adalah lagu lama yang telah lama bersenandung sejak awal penciptaan jagad raya dan akan terus menggema hingga saat terakhir dari dentingan detik kehidupan ini. Terus dan akan terus menggema seolah mencari sebuah jawaban yang pasti.
Yah, sebuah pertanyaan yang begitu membingungkan banyak orang,  menggelayuti pikiran para ahli Filsafat yang jauh dari cahaya petunjuk dan wahyu ilahy, sehingga yang lahir kemudian adalah teori sesat yang menenggelamkan diri mereka dan juga orang lain.

Seorang Ahli Filsafat Aflaton datang mencoba memberikan jawaban untuk pertanyaan ini dengan mengandalkan kwalitas otaknya yang didibatasi oleh dinding-dinding kelemahan. Kelemahan yang kemudian melahirkan sebuah jawaban yang tiada bermakna.


Ia mengatakan bahwa Tuhanlah yang telah mencipakan alam ini dan segala isinya, namun sayang Dia kemudian melupakan ciptaanNya. Sebagai bukti, kita mendapati tidak adanya keseimbangan pada alam dan hilangnya kedamaian didunia ini, dimana terjadi banyak kekacauan, kehancuran dan munculnya permusuhan yang tiada berujung antar sesama manusia. Maha besar Allah dari hal tersebut.


Namun, jawaban tiada makna yang lahir dari otak yang serba lemah tersebut terbantahkan oleh firman Allah yang telah menciptakan alam semesta.
“Dan tidaklah Tuhanmu adalah pelupa..” (Qs. Maryam: 64).

Kemudian hadir kambali seorang ahli Filsafat lain, Karl Marx mengusung sebuah jawaban yang juga tidak lebih berharga dari jawaban yang pertama. Dia mengatakan bahwa, tujuan Tuhan menciptakan alam semesta beserta segala isinya tidak lebih dari sekedar ingin bermain-main dan bukan untuk suatu tujuan yang agung. Tidak lebih dari itu. Maha suci Allah dari segala tuduhan keji itu.


Seperti halnya dengan nasib jawaban pertama, maka jawaban rendahan inipun sekali lagi terbantahkan oleh firman suci Allah. Sang Pencipta. Sebuah firman yang akan selalu kekal untuk membantah segala bentuk pemikiran yang senada dengan ini hingga akhir zaman.


“Dan tidaklah kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang berada diantara keduanya dengan tujuan main-main. (Qs. Ad-dukhan: 38).

Sementara itu, jauh dilorong kesesatan terdengar suara lain yang sedang tenggelam dalam ketidakpastian tentang jati dirinya. Suara yang diwakilkan dalam beberapa rangkaian kalimat syair.
Diriku telah hadir, namun darimana asalku, aku tak tahu.. tapi aku ada.
Kedua kaki ini telah melihat sebuah jalan membentang, kemudian mulai bergerak melangkah membawaku..
Kakiku akan terus meniti jalan ini, terus melangkah suka ataupun tidak..
Bagaimana aku datang, bagaiman aku menemukan jalan ini…
Aku tak tau… entahlah..


Akhirnya,
hanya insan yang mengenal penciptannya dan menghiasi jiwanya dengan kemurnian akidah yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan baik dan sempurna. Akidah murni yang bermuara pada pemahaman yang baik terhadap konteks syariat. Jawaban abadi itu tertera dalam Firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala:

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah kepadaku. (Qs: 56)


Itulah tujuan agung dari penciptaan makhluk dimuka bumi ini. Tujuan terbesar dari keberadaanmu. Jawaban dari pertanyaan yang muncul difacebook kita.yah, tujuan agung itu adalah merangkai setiap dentingan detik kehidupan dalam rangka menggapai keridhaan Sang Pencipta demi merengkuh kebahagiaan dunia dan akhirat.




Jika menelaah lebih jauh dalam kehidupan manusia, kita akan menemukan bahwa karakter kejiwaan manusia memang sudah didesain dalam keadaan lemah dan selalu membutuhkan kepada sesuatu yang bisa dijadikan sandaran untuk meminta dan berkeluh kesah. Karena kelemahan itu pula, maka sejak dahulu manusia senantiasa mencari sesuatu yang memiliki “kekuatan” diluar nalarnya yang kemudian disebut Tuhan. Terlepas apakah Tuhan itu benar ataukah batil, berhak disembah atau sebaliknya harus dimusnahkan.


Manusia memang diciptakan untuk menjadi penyembah. Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki sembahan. Dan tidak jarang sesembahan tersebut lebih dari satu. Bahkan orang yang tidak mengakui eksistensi Tuhan dan agama sekalipun sebenarnya juga memiliki tuhan. Tuhan itu adalah nafsu mereka sendiri. Maka wajar bila dalam bahasa arab, manusia disebut ‘abdun yang artinya hamba penyembah.


Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab Tauhidnya meriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada seorang bernama Tsauban:
Berapa Tuhan yang engkau sembah..?
Dia menjawab: Tujuh, satu dilangit dan enam dibumi.
Jika engkau ditimpa kesulitan dan musibah tuhan yang manakah yang engkau seru..?
Orang itu menjawab: “ Biasanya aku memohon kepada Tuhan yang langit dan Dia yang selalu mampu menyelamatkanku..”
Rasullah Sallahu Alaihi wa Salam kemudian bersabda: “ Jika demikian sembah dan mintalah hanya kepada tuhan yang dilangit dan tinggalkan tuhan-tuhan selainnya..!


Luar bisa, orang itu tidak hanya satu tuhan tetapi tujuh tuhan. Walau akhirnya, tinggallah Allah yang menjadi Tuhan yang berhak mendapatkan segala bentuk pemuliaaan dalam bentuk ibadah tulus.


Selain itu ada manusia yang menjadi hamba dunia dan pengagumnya. Membiarkan dirinya menjadi penyembah segala keindahan perhiasan dunia yang fana lagi menipu. Baginya semua itu laksana tuhan, segala yang dilakukanya hanya untuk meraih dunia. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhari menceritakan tentang keadaan mereka. Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam menggambarkan:
“ Celakalah hamba dinar, Celakalah hamba dirham..!


Dalam kehidupan kita mendapati begitu banyak hal yang dijadikan tuhan. Seperti contoh, orang sering berkomentar tetang negara india, bahwa disana tidak ada lagi benda yang tidak disembah. Bahkan banyak hal yang tidak terbesit didalam pikiranpun.


Dan fenomena yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya sebagian manusia yang juga ingin disembah. Melupakan tabiatnya sebagai penyembah dan mengangkat dirinya sebagai tuhan yang disembah. Merampok dan tamak terhadap hak-hak Tuhan Rabbul Alamin kemudian mengharuskan manusia untuk menyerahkan kepatuhan mereka seperti penghormatan kepada Tuhan yang hakiki.


Sejarah mencatat banyak cerita tentang kekurang ajaran jenis manusia seperti ini, namun yang paling menggegerkan adalah kisah Fir’aun ketika mengikrarkan diri sebagai Tuhan dengan kalimat kufurnya yang diabadikan dalam Alquran: “Aku adalah Tuhan kalian yang maha Tinggi..”
hingga khirnya, Allah yang Maha kuasa atas segalanya mengahancurkan segala bentuk kecongkakannya dengan menenggelamkannya. Bahkan dengan hikamahNya Allah tetap menjaga jasadnya hingga hari ini agar menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya. Sekali lagi Allah membuktikan bahwa Dialah Tuhan yang berhak memeliki segala kesombongan dan kemuliaan.


Jiwa yang masih memiliki fitrah yang suci lagi jujur akan mengakui dengan segenap kebesaran hatinya bahwa sesungguhnya islam, agama agung ini datang untuk menghancurkan segala bentuk penghambaan kepada selain Allah. Memurnikan aqidah dan ibadah hanya untuk Allah semata.


Dikisahkan dalam peperangan Al-Qadisiyah, sebuah peperangan yang mempertemukan antara pasukan kaum muslimin dan Romawi, Sa’ad bin Abi Waqqas sebagai panglima tentara kaum muslimin mengutus Rib’ie bin ‘Amir untuk menemui Rustum, panglima perang Romawi atas permintaannya untuk berdialog.
Ketika telah berhadapan, Rustum bertanya:
“ Apa tujuan kalian datang kemari..?
Dengan suara lantang Rib’ie bin ‘Amir menjawab: “ Sesungguhnya Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja dari segala bentuk penghambaan terhadap sesama manusia kepada penghambaan kepada Tuhan pencipta manusia. Dan membebaskan manusia dari kesempitan dunia kepada sebuah kemerdekaan, serta menyelamatkan manusia dari kekejaman agama lain, menuntun mereka kepada keadilan islam..!!


Kala kita menyebut kalimat “menyembah”, mungkin ada sebagian orang yang akan menolak bahwa mereka dikatakan menyembah manusia atau lainnya. Karena tidak memahami makna hakiki dari sebuah penyembahan.


Perhatikan kisah berikut..!
Pada suatu hari, ketika Rasulullah Sallahu alaihi wa Sallam membacakan firman Allah dalam Alquran:
“ Dan sesungguhnya mereka ( Orang Nashrani dan Yahudi ) menjadikan Pendeta dan Rahib-Rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain dari Allah.” Sahabat ‘Adi bin Hatim -Radhiallhu anhu- yang dahulunya adalah seorang penganut Nashrani berdiri dan berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak pernah menyembah mereka sebagaimana yang disebutkan..!!


Mendengar pernyataan itu bagindapun bertanya:
“ Bukankah mereka menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah kemudian kalian membenarkan dan mematuhi mereka..??
Bukankah mereka juga mengaharamkan apa yang Allah halalkan kemudian kalian menyetujui dan melakukannnya..??
Hatim menjawab: “Benar ya Rasulullah..!
Maka Rasulullah Sallahu alaihi wa Sallampun bersabda: “Itulah bentuk penyembahan kepada mereka..!


So, makna menyembah yang kerap hadir dalam benak kita, seperti harus ruku atau sujud ternyata tidak sama dengan makan yang dimaksudkan syariat. Dalam persepsi syariat hal itu memilki makna yang jauh lebih luas.


Alhasil, jika kita adalah seorang yang memiliki jawaban yang bijak tentang pertanyaan diatas, maka bersyukurlah pada Allah atas kasih sayangnNya. Bersyukur karena kita mengenal dan memiliki Tuhan yang Maha Sempurna, yang berhak mendapatkan segenap penghambaan kita. Karena sikap terlalu pede dengan kwalitas logika, membiarkannya terlau bebas berkreasi tanpa berpedoman pada dasar tiang kokoh yang berasal dari sisi Rabbul ‘Izzah sering menggiring sipemikir dan orang lain kepada kesengsaraan dunia dan akhirat.
Wallahu ‘a’lam.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com




Rabu, 22 maret 2012.

Wednesday, March 7, 2012

Kunci pembuka langit




"Aku heran melihat orang yang terjerumus dalam jurang kebinasaan, padahal kunci keselamatan selalu mengiringi, hadir menemani setiap langkah hidupnya. Ketika ditanya, beliau menjawab: “ Dia adalah Istighfar.”
------------------------------------------------------ Ali bin Abi Thalib –Radhiallahu ‘anhu-.


Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa pada suatu hari Imam Ahmad bin Hambal, salah satu imam madzhab yang begitu tersohor keilmuannya dizamannya melakukan safar ke sebuah daerah. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, bersama hadirnya senja tibalah beliau disebuah kampung. Sebentar lagi malam akan menjelma, maka beliau memutuskan untuk masuk kedalam sebuah masjid untuk sekedar beristirahat. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Si penjaga masjid tidak membolehkan orang yang tidur didalam masjid. Dengan suara merendah sang imam memohon agar diizinkan tidur, namun si penjaga tetap bersikeras dengan pendiriannya.


Maka, sang imam berkata; “ Kalau begitu, izinkan aku untuk sekedar berbaring didepan pintu masjid.”  Namun apalah dikata, si penjaga masjid tetap tidak membolehkan juga. Sang imam hanya berdiri, bingung dimana dia akan bermalam.
Dalam situasi sepeti itu, tiba-tiba datanglah seorang lelaki tua menghampiri imam Ahmad dan mengatakan:  “Kalau mau, engkau boleh bermalam dirumahku. Walaupun kecil, tapi cukup untuk engkau tempati malam ini.
Jadilah malam itu imam Ahmad menjadi tamu si lelaki tua. Dirumahnya beliau kemudian mengetahui bahwa orang tua itu adalah seorang pembuat roti. Namun ada sesuatu yang membuat imam Ahmad merasa takjub bercampur penasaran terhadap orang tua tersebut. Sebab, bersama setiap gilingan adonan tepung, lidah rang tua itu selalu mengucapkan kalimat istighfar. Tanpa henti.


Karena didorong rasa ingin tau akhirnya sang imam berkata: “ Aku melihatmu tiada henti beristighfar selama membuat roti. Aku ingin mengetahui, apakah engkau menemukan suatu keajaiban dari hal ini..?
“ Ya..” jawab si orang tua.
“ Apa itu..? imam Ahmad kembali bertanya.
Orang tua menjawab: “ Demi Allah, tidaklah aku meminta sesuatu kepada Allah kecuali Dia selalu mengabulkannya untukku, kecuali satu permintaan yang belum dikabulkan.!!


Imam Ahmad menimpali: Doa apakah itu..?
Orang tua itu menjawab: “ Aku selau meminta untuk dapat melihat Imam Ahmad bin Hambal..!!


Imam Ahmad begitu terkesima mendengarkan jawaban itu. Belaiu kemudian berucap: “ Berbahagialah, karena Allah telah mengabulkan doamu. Akulah Imam Ahmad bin Hambal. Malam ini Allah telah menyeretku kerumahmu hanya untuk memuliakanmu dan menjawab doamu..!!

                                                                     *********


Sesungguhnya istighfar adalah sesuatu yang biasa terdengar, namun pada hakikatnya ia adalah sebuah untaian kalimat yang tidak biasa. Ia begitu luar biasa. Begitu dahsyat. Bagaimana tidak..? Ia adalah kunci pembuka pintu rizki, pelebur dosa, penutup aib dan kekurangan, pencerah diwaktu sulit, penenang jiwa disaat sedih dan gundah. Jika menelaah lebih dalam, kita akan menemukan bahwa, segala kegundahan dan kesedihan yang sering menghampiri hati manusia disebabkan banyaknya dosa dan hilangnya rasa malu ketika berbuat dosa.


Jika fisik bisa melemah karena terjangkit penyakit, maka hati juga bisa melemah karena dosa. Bahkan kadang bisa menjadikannya mati. Oleh karena itu, ia sangat membutuhkan secerah cahaya penawar agar tetap bersih dan bening. Agar ia tetap hidup untuk mengenal tuhanNya. Dan obat penawar itu adalah dengan memperbanyak istighfar serta taubat tulus yang  lahir dari lubuk hati.


Dalam sebuah Hadist Rasulullah Sallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

 "Barang siapa yang senantisa beristighfar, niscaya Allah akan menyiapkan untuknya solusi untuk setiap masalah yang datang menghadang, keluasan dari setiap kesempitan yang menghimpit, dan akan menganugrahkan padanya rizki dari jalan yang tidak pernah dia sangka ".  (Hadist riwayat Abu Dawud, Nasai, dan Hakim)



Diantara manfaat lain dari istighfar, yaitu menjadikan harta benda senantiasa terjaga dari hal-hal yang dimurkai oleh allah dan menjadikannya lebih berbarokah. Pengaruh positif dari istighfarpun bisa menuntun seorang kepada akhlak yang mulia, memudahkan jalan untuk menggapai segala harapan dan impian, serta  yang terpenting adalah mewariskan kemesraan antara hati dengan pemiliknya, Rabbul izzah wal jalal.
Dalam sebuah Hadist yang diriwayarkan oleh Anas -Radhiallahu 'anhu-, Rasulullah Sallahu alaihi Wasaalam bersabda:

"
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:" Wahai anak Adam, sungguh, jika engkau berdoa dan berharap hanya kepadaKU, niscaya aku akan  menghapuskan segala dosa dan kesalahanmu yang telah lalu tanpa memperdulikan sebanyak apapun goresan dosamu..!!
Wahai anak, anak Adam sekiranya dosamu menumpuk, menggunung hingga mencapai langit, kemudian engkau datang kepadaku bersimpuh dihadapanKu, mengharapkan ampunanku, niscaya akan Aku hapuskan segala dosa-dosamu tanpa memperdulikan sebanyak apa tumpukan dosa-dosamu..!!
Wahai anak Adam, sekiranya engkau datang kepadaku dengan membawa kelabu dosa yang menyelimuti hamparan bumi, kemudian engkau bertemu denganKu tanpa menyekutukanku, niscaya aku akan memberikan kepadamu ampunan seluas hamparan bumi pula…!!
(HR.Tirmidzi. Beliau berkata : “Kedudukan hadist ini adalah Hasan Gharib..”)
Begitu pula Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan sebuah hadist senada.



Sementara dalam sebuah Riwayat diceritakan bahwa Iblis pernah bersumpah didepan Allah suhanahu wa Ta'ala:

"
Demi keagungan dan kebesaranMu aku akan senantiasa berusaha untuk menggelincirkan manusia dari jalan petunjukMu selama ruh masih menyatu dengan jasad mereka. Allah kemudian menjawab:" Dan demi keagungan dan kemuliaanku pula, akupun akan senantiasa akan mengampuni segala goresan dosa mereka selama mereka mau memohon ampunanku".
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Hakim didalam Mustadraknya, dan hadist ini soheh berdasarkan banyak jalan).

Dalam Alqur'an Allah menerangkan tentang keistimewaan lain dari istighfar. Sebagaimana tertera dalam kisah Nuh dan kaumnya. Beliau berkata kepada mereka:

" Maka aku katakan kepada mereka: "Mohon ampunlah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan memperbanyak bagimu harta dan anak keturunan, serta menjadikan untukmu kebun-kebun dan menjadikan didalamnya sungai-sungai ". (Qs. Nuh: 10-12).  

Jika demikian, patut untuk disadari bahwa ampunan Allah sangatlah luas bagi mereka yang melakukan khilaf. Maka istighfar adalah syarat meraih ampunan yang akan melebur segala kesalahan dan dosa walau memenuhi langit dan bumi. Allah berfirman:            

" Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar memiliki ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim dan sesungguhnya Tuhanmu sangat berat siksaanNya. (Qs. Ar-Ra'ad: 7).

Sebagian ulama mengatakan bahwa, ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling memiliki kekuatan untuk menumbuhkan harapan dan menghindarkan manusia dari keputus asa-an, dimana Allah menyebutkan istighfar beriringan dengan kata "zalim", tanpa menyebutkan kata taubat.

Sahabat Abu Musa Al-‘Ays’ary –Radhiallahu 'anhu- menuturkan:
“Dahulu, kala masih hidup bersama Rasulullah Sallahu Alauhi wa Sallam, kami ditemani oleh dua hal yang menjadi jaminan keamanan dari murka Allah.

Jaminan yang pertama tertera dalam Firman Allah:
“ Dan sekali-kali Allah tidak akan mengadzab mereka sedangkan kamu (Muhammad) berada ditengah-tengah mereka" (Qs. Al-anfal: 33).

Sedangkan jaminan keamanan yang kedua tertuang dalam FirmanNya:
 "Dan tidaklah pula Allah akan mengadzab mereka sedang mereka senantiasa beristighfar". (Qs. Al-anfal: 33)
Beliau melanjutkan, adapun Rasullah Sallahu 'Alaihi wa Sallam, maka beliau telah kembali kepada Rabbnya, sedangkan istighfar akan senantiasa setia menemani setiap petikan detik kehidupan ini. Selamanya, hingga hari kiamat ".


Disebutkan juga dalam riwayat lain bahwa pada suatu hari Umar –Radhiallahu 'anhu-  mengimami shalat istisqa (meminta hujan).  Hal yang mengherankan bahwa dalam doanya beliau hanya mencukupkan dengan beristighfar. Maka para Sahabat bertanya tentang hak hal tersebut.
Beliaupun menjawab: " Sesungguhnya aku meminta hujan kepada Allah dengan menggunakan kunci pembuka langit. Kemudian beliau membaca firman Allah:

" Dan hendaklah engkau meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya, (jika kamu telah melakukan itu) niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik (secara terus-menerus) sampai pada waktu yang telah ditentukan ".(Qs. Hud: 3).


Akhiran, coba simak sebuah Ayat yang sangat agung berikut. Allah berfirman:
" Dan para Malaikat senantiasa bertasbih mensucikan dan memuji nama Tuhan mereka serta memintakan keampunan bagi orang-orang yang berada dibumi. Ketahuilah, sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Qs. As-Syura:5)
Maka, betapa lalai dan merugi orang dimintakan ampunan baginya oleh para penghuni langit, sementara dia lupa untuk memohon ampunan buat dirinya sendir, enggan untuk mengetuk dan bersimpuh sembari  mengakui segala khilaf dan dosa didepan pintu ampunan Allah yang selalu terbuka menanti. Hamparan maghfirah yang lebih luas dari langit dan bumi.


Saifullah Zain.
seif_zain@yahoo.com



Rabu, 07 maret 2012

Saturday, February 25, 2012

Mengapa manusia tega bunuh diri..?!



Ketika kita mendengar atau membaca berita, jiwa kita terasa miris disebabkan seringnya dikagetkan dengan berita mereka yang tega menghabisi nyawanya sendiri, alias bunuh diri. Bahkan hal itu tidak jarang terjadi disekeliling kita. Ada yang melemparkan diri dari ketinggian, meneguk racun, gantung diri bahkan dengan cara yang lebih sadis, menabrakkan diri kearah keteta api yang sedang melaju kencang. Atau ada yang lebih gila lagi, melakukan bunuh diri secara massal seperti yang sempat nge-tren beberapa waktu lalu.

Para pelaku pun beragam, hampir dari semua kalangan manusia. Ada remaja, artis, pengusaha, pegawai, aktivis, mahasiswa, lansia, bahkan anak kecil yang masih bersekolah disebuah sekolah dasar. Dan satu hal yang disayangkan, terkadang motiv melakukan perbuatan nekat itu sangat sepele. Sangat memilukan memang.

Biasanya, ketika hal itu terjadi dilingkungan kita, akan hadir banyak spekulasi tentang alasan mereka mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Yang jelas, apapun alasannya, hal ini tidak dapat dibenarkan. Ini adalah salah satu perbuatan yang mengundang murka Tuhan Sang Pemberi nyawa. Kita semua pasti akan menemui kematian tapi bukan dengan cara seperti ini.

Pastinya perbuatan nekat ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membebani si pelaku. Padahal masalah tidak lantas berakhir dengan perbuatan nekat ini. Ini sama dengan menyelesaikan masalah dangan masalah yang lebih besar. Istilahnya, selamat dari mulut ular malah masuk mulut buaya.

Daripada sibuk mencari alasan orang melakukan bunuh diri, saya lebih tertarik untuk membahas kejadian ini dari sisi yang lain. Membahas tentang sebuah pertanyaan yang kerap hadir dibenak setiap kali membaca atau mendengar tentang berita seperti ini, kenapa ada orang yang tega menghabisi nyawanya sendiri..??

Padahal, nyawa adalah anugrah Tuhan yang paling berharga, bahkan manusia akan bersedia melakukan apa saja untuk menyelamatkan nyawanya. Dia begitu urgen bagi kehidupan manusia, bahkan nyawa adalah hakikat dari manusia itu sendiri. Kehilangannya berati hilangnya kehidupan.

Ketika ada penjahat yang bertanya sambil meletakan pisau dileher kita; “pilih nyawa atau harta..?? pasti bibir kita akan spontan menjawab, Harta..!!, eh, nyawa..!!. walaupun mungkin otak kita belum sempat merespon dengan sebuah jawaban. Saking takutnya kehilangan nyawa.
Kemudian yang memilukan, Qo’ ada orang yang tega bunuh diri..??
 

Menurut pandangan psikologi, sikap bunuh diri tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ia merupakan hasil dari proses hidup yang panjang. Apa yang sering kita sebut sebagai penyebab terjadinya bunuh diri sebenarnya hanya meruakan peristiwa pemicu. Ibarat kita meniup balon anak-anak sampai menggelembung keras sekali, begitu berbenturan dengan ranting pohon sedikit saja sudah cukup untuk menyebabkan balon itu meletus.

Nah, apa yang menyebabkan balon itu meletus..? bukan hanya karena ia berbenturan dengan ranting pohon tetapi juga karena tiupan kita yang menjadikan balon menggelembung sedemikian besar dan keras. Maka, benturan dengan ranting hanyalah pemicu.

Kalau begitu tidak ada orang yang bunuh diri karena putus cinta. Juga tidak ada yang harus menghabisi hidupnya sendiri karena kehilangan jabatan atau karena tidak dibayar gajinya.Yang ada adalah sosok manusia dengan keadaan jiwa yang sudah rapuh, sudah rawan. Struktur mentalnya sudah kurang bagus, koyak. Maka ketika mengalami sebuah peristiwa yang mengguncangkan hebat hal itu kemudian berubah menjadi pemicu munculnya sikap nekat menghabisi diri sendiri.

Persoalannya, apa yang menyebabkan seseorang memiliki jiwa yang rapuh..?Apakah karena mereka banyak menghadapi pengalaman-pengalaman pahit..? Apakah karena mereka sering dihadapkan pada kegagalan demi kegagalan..? Ataukah mereka terlahir dengan mental yang labil..?

Saya rasa tidak demikian persoalannya. Banyak orang yang sering mengalami kegagalan, ditimpa berbagai pengalaman pahit, serta mengalami kegetiran dalam hidup. Akan tetapi justru dengan segala kegetiran itu mereka mampu menjadi pribadi-pribadi yang besar dan dewasa, bahkan membawa kebaikan bagi kehidupan manusia sepanjang sejarah.

Tidak jarang ada orang yang merasa bersyukur dengan pengalaman masa lalunya yang sulit karena dianggap sebagai proses penempaan diri yang jitu menuju kematangan dan kedewasaan. Sebaliknya, orang-orang yang melewati episode kehidupan yang manis-manis saja kadang lebih sering terjungkal begitu menemui sebuah masalah yang tidak begitu serius.

Pepatah arab mengatakan; “Man kanat bidyatuhu muhriqah, kanat hihayatuhu musyriqah“.
Artinya, Barang siapa yang memilki episode yang getir diawal hidupnya, maka dia akan memiliki kematangan dalam diakhir hidupnya..”

Maka jangan heran jika menurut sebuah hasil penelitian yang diadakan oleh SPK (Sentra Pengobatan Keracunan) IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya yang dipimpin oleh Prof.Dr.dr. Hernomo OntosenoKoesoemobroto, bahwa sebagian besar pelaku bunuh diri adalah perempuan yang memiliki sifat manja ( ngaleman dalam bahasa jawa ). Artinya, pada masa hidupnya mereka sangat manja kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya.

Pada Harian Jawa Pos 23 Januari 1998, Hermono berpesan: “maka untuk ibu-ibu yang memilki anak perempuan yang manja memang harus memperlakukannya degan ekstra hati-hati.”

Kalau begitu, perbedaan antara mereka yang tangguh dan yang rapuh terletak pada penghayatan mereka terhadap peristiwa yang dialami. Pribadi yang memilki karakter yang kuat akan menjadikan segala ujian sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih dewasa, matang dan sempurna dalam menjalani kehidupan. Sedangakan pribadi yang memiliki jiwa yang kerdil hanya akan semakin kerdil dihadapan sebuah ujian.

Nasalullaha As-Salamah wal ‘Afiyah.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com



Sabtu, 24 Februari 2012.

Tuesday, February 14, 2012

Ada Apa Dengan Hamzah Kasykary..?!



Beberapa waktu belakangan ini, hati dan pikiran kita dihentakkan oleh sebuah berita yang ramai diperbincangakan bukan hanya didunia nyata, namun juga didunia maya. Berita itu bukanlah tentang tentang teror bom atau kecelakaan mobil atau tentang prediksi akan terjadinya kiamat pada tahu 2012, tetapi tentang ulah seorang anak muda yang bukan hanya “agak” tapi memang “sudah kelewatan”. Orang melayu cakap “Sudah melampau sangat “.

Anak muda itu bernama Hamzah Al-kisygari, berumur 23 tahun, berprofesi sebagai wartawan juga seorang penyair. Berwarganegara Saudi Arabia.
Satu hal yang semakin memilukan bahwa hal itu terjadi dinegara seperti Saudi Arabia yang notabanenya masih banyak ditinggali ulama.

Emang kelewatan gimana bang..??
Ceritanya, pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal kemarin Hamzah Kasykary berkicau dihalaman twitternya yang menghina dan merendahkan Martabat Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa Sallam. Dalam sebuah kicauannya dia mengatakan;


“ Dihari ini, hari kelahiranmu, dimanapun aku palingkan wajahku, disana aku menemukanmu.
aku harus jujur bahwa aku memang menyukai bebrapa hal dari dirimu, tapi kamu harus tau bahwa banyak hal dari dirimu yang aku benci, dan banyak hal tentangmu yang tidak aku ketahui..!!”

Dalam postingan lain dia mengatakan:
“ Dihari ini, hari kelahiranmu, sekali-kali aku tidak akan membungkukkan badanku untuk menghormatimu, akupun tidak akan menyalami dan mencium telapak tanganmu, aku hanya akan menyalamimu seperti seorang teman. Senyumku hanya akan tersimpul jika engkau telah tersenyum kepadaku. Hanya itu dan tidak akan pernah lebih..!!”


Nah, sekarang dah tau kan kenapa dibilang “Kelewatan dan melampau“..?!
Bahkan yang lebih “Kelewatan lagi dan Melampau sangat “, dia berani mempertanyakan eksistensi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Menurut Kasygari, kita tidak bisa menetapkan eksistensi Tuhan sebab tidak ada seorangpun yang pernah mengatakan bahwa dia melihat Tuhan ataupun pernah berbicara dengannya. So, bagaimana mungkin kita meyakini eksistensi sesuatu yang tidak jelas keberadaanya..??


Pasti anda sudah bisa menebak reaksi yang muncul dari aksi brutal ini.
Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz Alu Su’ud –hafidzahullah- langsung mengeluarkan perintah untuk menangkapnya. Selain itu para Ulama meminta agar diadili bahkan jika terbukti tuduhan itu bisa jadi ia terkena hukuman mati, karena dalam aturan syariat, salah satu hal yang memutuskan keislaman sesorang adalah, melecehkan ajaran Rasulullallah sallahu alaihi wa sallam. Apalagi jika hal itu berhubungan dengan nama Allah.
Menghadapi situasi itu Kasygari melarikan diri dan akhirnya tertangkap di Malaysia beberapa waktu lalu kemudian dideportasi kenegara asalnya, Saudi Arabia dan hingga saat ini masih dalam penahanan.


Masih berhubungan dengan masalah murtad, ada sebuah pertanyaan yang kerap hadir menggelitik pikiran.
Jika islam adalah agama yang menjunjung tigggi kebebasan, lalu mengapa islam sangat keras menindak orang yang murtad, bahkan mengancam pelakunya degan hukuman pancung..?
Seperti dalam sebuah hadist dikatakan, barang siapa yang menukar agamanya maka hukumannya adalah dibunuh.


Berikut ini adalah beberapa jawaban untuk pertanyaan diatas.

1. Islam adalah agama sekaligus sistem yang paling sempurna serta global. Agama yang mengurusi setiap aspek kehidupan manusia dari hal-hal sepele hingga masalah yang besar. Agama yang paling banyak memberikan perhatian terhadap hak, kemuliaan dan martabat manusia. Dan itu hanya akan ditemukan dalam islam.
Maka ketika seorang muslim melepaskan dirinya dari islam, sesungguhnya itu adalah sebuah penghinaan terhadap akal sehat dan pelecehan terhadap kepribadiannya dengan mengganti sebuah aturan yang lebih baik dengan sesuatu yang jauh lebih rendah dan tidak berharga.

2. Islam tidak pernah memaksa orang lain untuk menjadi pemeluknya. Karena aturan dalam dakwahnya dibangun diatas asas Kebebasan penuh dalam memilih, Hikmah dan Menasehati dengan cara yang baik, bahkan jika harus menempuh jalan perdebatan sekalipun maka anjurannya adalah berdebatlah dengan cara yang tidak saja baik tetapi dengan cara yang terbaik. Ini semua adalah kaidah yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an.
Dan sejarah menjadi saksi tentang lembaran emas searah perkembangan islam bahwa setelah islam menguasai Mesir, Syam dan Irak,  orang-orang Nasrani, Yahudi bahkan Majusi tidak pernah dipaksa untuk memeluk islam. Mereka hidup bebas dan damai dalam naungan islam dengan tetap berpegang kepada keyakinannya selama berabad-abad.

3. Islam tidak memaksa menjadi pemeluknya, namun jika telah memutuskan untuk menjadi seorang muslim, hal ini berarti berkomitmen penuh untuk menyerahkan segala kepatuhan terhadap semua aturan agama ini. Masuk dalam ketaatan secara totalitas. Oleh karena itu sikap melepaskan diri dari islam yang telah dipilihnya dianggap sebuah pengkhianatan besar dan perendahan terhadap sebuah komitmen.

4. Dalam hal ini, islam bukanlah agama pertama yang melakukannya. Agama Nasrani juga melakukan hal yang sama bagi pemeluk agamanya yang murtad. Begitu juga keadaanya dengan agama lain.

5. Ketika terdapat seorang muslim yang murtad, islam tidak serta-merta menghukumnya, namun diberikan masa tenggang bagi si pelaku untuk bertaubat dan menyesali perbuatannya dan kembali menjadi seorang muslim baik. Namun, jika dia tetap bersikeras denga pendiriannya maka disaat itulah hukum Allah harus ditegakkan.

Semoga para pembaca juga memilki jawaban lain untuk pertanyaan diatas.



Saifullah Zain.
seif_zain@yahoo.com


Selasa, 14 Februari 2012.





Saturday, February 11, 2012

Valentine's Day, ternyata oh, ternyata..?!


“ Kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengka, sehasta demi sehasta. Hingga jika mereka masuk ke lubang biawak niscaya kalian akan mengikutinya.” para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi ?” ( Dari hadist Abi sa’id Al-Khudry –Radhiallhu ‘anhu- )
----------------------------------------------------------------------------


Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “Hari kasih sayang”. Benarkah demikian?

Valentine days itu apa an sih..??

Yang jelas bukan nama gorengan..!!

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :
“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine's Day probably came from a combination of all three of those sources--plus the belief that spring is a time for lovers.”
 

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.


Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
 
Menurut versi Pertama; Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi Kedua;Bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga diapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya. (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).


Itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”.

Valentine day’s dalam timbangan syariat.


Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).


Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah melakukan hal yang mengancam keislamannya. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.


Ibnul Qayyim Al-Jauziyah -Rahimahullah- berkata;
“Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang dangkal pengetahuannya tentang agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”


Abu Waqid -Radhiallaahu anhu- meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan “Dzaatu Anwaath”, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Sallallaahu alaihi wa Salam bersabda;
“Maha Suci Allah, ini sama seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, “Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).


Syaikh Al-Utsaimin –Rahimahullah- ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan :
“Merayakan hari Valentine tidak diperbolehkan. Denagan salasan berikut
Pertama: Ini merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.
Kedua: Hal ini dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.


Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan Wala’ dan Bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah; ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga pudarlah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)

Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan senang hati.


Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap live style mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya:
 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
 
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.


Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.

Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.


Alhamdulillah..,
kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.


Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku..” ( Al-Hadist )


Saifullah Zain
seif-zain@yahoo.com


Sabtu, 11 Februari 2012.