Tangan yang memberi selalu lebih baik dari tangan yang menerima. Dan segala kebiasaan pada manusia tidak ada yang hadir dengan sendirinya. semuanya hadir perlahan-lahan melalui sebuah kebiasaan yang dibiasakan termasuk memberipun perlu untuk dilatih.
Cobalah
untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan
sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang
receh.
Kumpulkan
beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan :
diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang
pengamen bernyanyi memekakkan telinga atau, anda sedang berada dalam mobil
ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta.
Tak
peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain
sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.
Barangkali
ada rasa kesal, jengkel dan mangkel. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah,
tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda
hanya sedang “berlatih” memberi, mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada
berarti?
Ketika itu rasakan
saja, sesuatu yang kini mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda.
Yah, aliran Sesuatu itu bernama kasih sayang.
Memberi
tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai
adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang
berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda
berikan.
Kemurahan
itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati yang darinya memancar segala kedamaian dan kecerian.
Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com
Senin, 31 januari 2011
Saifullah Zain
Senin, 31 januari 2011
izin share pict nya...
ReplyDelete