Monday, January 30, 2012

Damai itu bernama memberi


Tangan yang memberi selalu lebih baik dari tangan yang menerima. Dan segala kebiasaan pada manusia tidak ada yang hadir dengan sendirinya. semuanya hadir perlahan-lahan melalui sebuah kebiasaan yang dibiasakan termasuk memberipun perlu untuk dilatih.
Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh.

Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan : diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta.
Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.

Barangkali ada rasa kesal, jengkel dan mangkel. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi, mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti?

Ketika itu rasakan saja, sesuatu yang kini mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda.

Yah, aliran Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan.

Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati yang darinya memancar segala kedamaian dan kecerian.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com


Senin, 31 januari 2011

1 comment: