Tuesday, January 31, 2012

Menang dengan Gaya berbeda


Mereka yang spesial tidak melakukan sesuatu yang berbeda,
tetapi mereka melakukan sesuatu yang sama dengan cara yang berbeda..”
--------------------------------------------------------------------------------------


Peperangan uhud. Salah satu peperangan penting yang terjadi dalam sejarah perjalanan Islam. Terjadi dikaki sebuah gunung bernama Uhud. Gunung yang terbentang seolah menjadi pelindung kota madinah sekaligus menjadi saksi tentang sebuah kisah manis yang akan senantiasa didendangkan oleh debu-debu gunung uhud antara Abdulah bin jahsy dan sahabatnya Sa’ad bin Abi Waqqas -Radhiallhu anhuma -.
Mari kita dengarkan penuturan Sa’ad bin Abi Waqqas tentang kisah tersebut.

Sa’ad bin Abi Waqqas menuturkan:
“ Pada saat terjadi peperangan uhud, aku bertemu dengan Abdullah bin Jahsy. Ketika melihatku dia berkata: “ Tidakkah engkau ingin berdoa kepada Allah sebelum kita terjun dalam medan peperangan..?
Aku menjawab: “ Tentu saja aku ingin..!!
Maka, kamipun sedikit menyingkir dari pasukan dan akupun mulai berdoa dan dia mengaminkan.
Dalam doaku aku berkata:
“ Ya Allah, jika aku berjumpa dengan seorang musuh, maka pertemukanlah aku dengan seorang kafir yang kuat, gagah perkasa dan pemberani yang begitu berambisi untuk menghabisi nyawaku, kemudian anugerahkanlah padaku kekuatan agar aku mampu menghabisinya dan mengambil hartanya..!!

Kini giliran Abdullah bin jahsy yang berdoa dan aku yang mengaminkan.
Dia memohon:

“ Ya Allah, anugrahkanlah padaku seorang kafir yang kuat, gagah perkasa lagi bengis dan zinkanlah aku untuk berperang dengan gagah berani demi namaMu hingga akhirnya aku terbunuh syahid ditangannya…!!
Ya Allah, izinkan dia untuk mencopot hidung dan kupingku, hingga kelak pada hari kiamat jika aku bertemu denganMu, engkau akan bertanya kepadaku:
“ Wahai Abdullah, apa yang terjadi dengan hidung dan kupingmu..??
Dan aku akan menjawab dengan segala kebanggaan:
“ Ya Allah, keduanya telah aku persembahkan dijalanMu..!!
Dan Engkau akan menjawabku: “Wahai Abdullah, Sesungguhnya engkau benar ..!!


Sa’ad bin Abi Waqqas melanjutkan penuturannya:
“ Ternyata doa Abdullah bin Jahsy lebih baik dari doaku.
Sungguh, kami menemukan jasadnya pada sore hari dalam keadaan tebunuh.
Dan demi Allah, kami juga mendapati hidung dan kupingnya tergantung dengan sebuah tali pada sebuah pohon..!!
Allahu Akbar..!!


Begitulah, Allah Subhanahu Wa Ta'la telah mengabulkan doa Abdullah bin Jahsy dan menganugrahkan padanya salah satu dari dua kebaikan yang diimipikan setiap jundullah, mati syahid atau kemenangan. Sebagaiman yang telah disematkan pada Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah -Sallahu Alaihu wa Sallam- pada peperangan ini.



Semua orang yang Syahid dijalan Allah akan datang kehadapanNya dengan sebuah kebanggaan, bagaimana tidak..?? mereka telah mempersembahkan satu-satunya nyawa yang mereka miliki demi keagungan nama Penciptanya.
Dan Abdullah Bin Jahsy adalah salah satu dari mereka, namun dia melakukan itu dengan cara yang berbeda yang menjadikan dirinya juga  berbeda ditengah sebuah persamaan.
-Radhiallahu Anhum Ajma'in-

Saifullah Zain.
seif_zain@yahoo.com

Selasa, 31-01-2011

Monday, January 30, 2012

Damai itu bernama memberi


Tangan yang memberi selalu lebih baik dari tangan yang menerima. Dan segala kebiasaan pada manusia tidak ada yang hadir dengan sendirinya. semuanya hadir perlahan-lahan melalui sebuah kebiasaan yang dibiasakan termasuk memberipun perlu untuk dilatih.
Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh.

Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan : diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta.
Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.

Barangkali ada rasa kesal, jengkel dan mangkel. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi, mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti?

Ketika itu rasakan saja, sesuatu yang kini mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda.

Yah, aliran Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan.

Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati yang darinya memancar segala kedamaian dan kecerian.


Saifullah Zain
seif_zain@yahoo.com


Senin, 31 januari 2011